Pengembangan Daya Cipta
Kegiatan berkarya seni
merupakan perwujudan kreativitas dalam penciptaan seni. Kreativitas/daya cipta
pada dasarnya merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dampaknya akan membias pada pengembangan peradaban
manusia (peserta didik). Peradaban itu sendiri merupakan hasil pemikiran yang
kreatif.Pendidikan seni idealnya mempunyai kata kunci yaitu pengembangan
kreativitas (tentang imajinatif, sensibilitas dan kebebasan) untuk memberi
peluang kepada peserta didik dalam proses pengembangan kreativitas. Kreativitas
peserta didik dilatih agar mampu mengakumulasikan atau menata unsur-unsur seni
menjadi karya seni yang harmonis. Melalui kegiatan berkarya seni (tindakan
kreativitas) anak mampu menciptakan dengan mengolah ketajaman perasaan dan
kemampuan berpikir kreatif (creative quotient), yang merupakan landasan
dasar kegiatan belajar
Seni Sebagai Perekat Kesatuan Bangsa yang Berbhineka
Kamis, 10 Januari 2013
SENI SEBAGAI SARANA HIBURAN
Menusia
selalu diliputi kebutuhan-kebutuhan hidup. Kebutuhan itu dapat dibedakan atas
kebutuhan yang bersifat jasmaniah (material) dan kebutuhan yang bersipat
rohaniah (idial). Kebutuhan jasmaniah yang pokok (primer) yaitu makanan
(pangan), pakaian (sandang) dan perumahan (papan). Sedangkan kebutuhan
jasmaniah yang sedua (sekunder) adalah segala sesuatu yang dapat membuat hidup
ini lebih nikmat (senang). Adapun kebutuhan rohaniah, misalnya menuntut ilmu,
hiburan, penghargaan dan sebagainya.
Ada pula
orang yang mengatakan bahwa kebutuhan primer (pokok) manusia itu adalah
keselamatan. Segala keperluan bertujuan agar hidupnya selamat, tidak mati. Jadi
misalnya agar tidak mati harus makan, seadanya asal makan. Baru sesudah
selamat, kita mencari kesenangan. Setelah dapat makan, pasti berusaha agar
makanan itu lebih enak, lebih nikmat, yang semula asal makan sekarang makan
yang enak.
Makan
yang enak tadi merupakan kebutuhan kedua (sekunder). Dalam rangka memenuhi
kebutuhan sekunder inilah seni memegang peranan utama. Atau dapat dikatakan
seni adalah untuk memenuhi kebutuhan kedua dari manusia, misalnya kebutuhan
primer adalah makan, lahirlah kebutuhan sekunder yaitu seni makanan. Jika
kebutuhan primer adalah pakaian, kebutuhan sekunder melahirkan seni berpakaian
(model).
Dan jika
kebutuhan primer adalah tempat berteduh, kebutuhan sekunder melahirkan seni
bangunan (arsitektur). Jika kebutuhan primer adalah hidup, maka kebutuhan
sekunder adalah hiburan dan melahirkan seni pertunjukan. Untuk memenuhi
kebutuhan terhadap kesenangan inilah seni merupakan kebutuhan pokoknya atau
apabila dibalik, seni itu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
kesenangan atau kenikmatan.
Dalam
mencari hiburan untuk memenuhi seleranya akan kesenangan itu, manusia menemukan
berbagai kemungkinan. Ada yang mencari hiburan dengan hiburan yang tidak sehat
dan ada pula yang mencari hiburan yang sehat.
Hiburan
yang tidak sehat misalnya dengan bermain judi, minum-minuman keras dan
sebagainya yang semuanya berakibat buruk atau merusak kesehatan dan
kehidupannya. Sedangkan hiburan yang sehat, disamping dapat menyenangkan
hidupnya berakibat pula membawa peningkatan kepribadian dan kehalusan jiwanya,
misalnya olah raga, pekerjaan tangan, memelihara dan mengumpulkan sesuatu, dan
sebagainya.
Untuk
memenuhi kebutuhan hiburan, seni berfungsi sebagai tontonan. Dapat pula
berfungsi sebagai seni pergaulan. Dan dapat pula digunakan sebagai suatu
kegiatan.
Seni
sebagai tontonan itu dapat menentramkan hati orang yang menyaksikan.
Menimbulkan rasa puas yang berkepanjangan. Untuk sampai pada keadaan seperti
itu diperlukan pengertian dan kemampuan untuk mencerna seni yang ditonton.
Seni
pergaulan berwujud tari pergaulan, yaitu bentuk tari-tarian yang dilakukan
secara bersama-sama antara pria dan wanita. Dengan melakukan tarian pergaulan
itu akan dicapai rasa puas dan senang. Tari pergaulan dapat mengarah pada
bentuk tarian yang tidak sopan. Oleh karena itu, perlu diadakan pemilihan
bentuk-bentuk tarian mana yang baik dan mana yang kurang baik.
Kegiatan kesenian yang
digunakan sebagai hiburan disebut “hobby” (kesenangan). Orang akan merasakan
puas, baik selama melakukan kegiatan itu maupun sewaktu malihat hasil karyanya
pribadinya. Oleh karena itu dalam kegiatan semacam ini, mutu hasil karya
bukanlah merupakan tujuan utama.
Seni Sebagai Pengembangan Fisik
dan Persepsi
Pengembangan
Fisik.Dalam
kegiatan work shop,kemampuan peserta didik dapat dikembangkan melalui
kemampuan praktik dan teknik seni. Ungkapan seni memberi pemahaman secara utuh
bahwa kekuatan fisik merupakan sumber kualitas dalam pengungkapan ekspresi
gerak tari. Kemampuan motorik (kasar dan halus) terpadu sesuai dengan
kehendaknya. Pada dasarnya kemampuan motorik untuk melakukan gerakan secara
fisik dari peserta didik dilatih untuk memahami segmen tubuh sebagai bahan
ekspresi atau kekuatan fisik. Tubuh sebagai bahan perlu dipahami karakteristiknya
serta kekuatan-kekuatan sinergi yang mempunyai sifat dan kekuatan dinamik.
Pengembangan
motorik peserta didik juga dilatih mengolah kemampuan koordinasi ke dalam gerak
motorik dengan sensibilitas secara total (penglihatan, pendengaran, dan
kepekaan rasa) dalam rangkaian peristiwa atau karakter yang akan diungkapkan
terwujud keterpaduan dan dari masing-masing unsur seni yang menjadi satu
kesatuan (gerak tari, iringan, ekspresi/karakter, busana, lighting/pencahayaan)
dan lain-lain.Perlu dipahami bahwa dalam proses pendidikan seni seluruh segmen
kepekaan indra dapat difungsikan. Untuk melaksanakan pendidikan seni dapat pula
dilakukan kegiatan mengukur, menganalisis dan mensintesis melalui kemampuan
berfikir. Hal yang perlu direnungkan kembali melalui pendidikan seni adalah
bagaimana untuk mengantisipasi memotivasi tentang: pengembangan emosional anak,
dan pengembangan sikap sosial anak.
Pengembangan Persepsi.Kegiatan berolah seni
dapat mengembangkan kemampuan sensorik peserta didik dalam menanggapi
pengalaman kehidupan melalui indranya, sehingga kepekaan indra peserta didik
dapat berkembang dengan baik, kepekaan anak terlatih dan merupakan modal yang
penting untuk kegiatan belajar. Dengan ketajaman persepsi, anak akan mampu
menangkap atau merespon gejala-gejala peristiwa yang terjadi atau yang dihadapi
saat itu, ditangkap dan dicermati dengan totalitas jiwanya. Oleh karena, itu
kemampuan pengetahuan persepsi ini merupakan dasar bagi peserta didik dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Maka melalui kegiatan seni akan termotivasi
tentang peningkatan kemampuan daya serap anak dalam kegiatan belajar
Apresiasi
Pertahankan Seni Budaya Sebagai Identitas Bangsa
Seni
dan Budaya yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Sinjai merupakan ciri
dan identitas bangsa Indonesia, keberagaman kesenian yang ada menjadi aset yang
perlu kita lestarikan dan dikembangkan. Bangsa Indonesia dari sabang sampai
marauke dikenal telah memiliki berbagai suku, etnis dan adat istiadat, tiap
suku dan etnis memiliki budaya sebagai identitas adat masing-masing daerah,
namun tetap hidup dan berkembang dalam bingkai negara kesatuan Republik
Indonesia, sesuai dengan semboyan Bhenneka Tunggal Ika. Kesemua seni budaya
yang ada adalah milik bangsa Indonesia sekaligus merupakan kekayaan yang sangat
berharga.
Demikian
di sampaikan Kepala Dinas Komunikasi Informatika, Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Sinjai H. Ahmad Suhaemi saat membuka secara resmi pagelaran seni
lomba kreativitas seni putih abu-abu 2012, Jumat (11/5) bertempat di Benteng
Balangnipa Sinjai.
Dikatakan,
dewasa ini, fenomena yang tengah melanda generasi muda bangsa adalah tantangan
untuk melakukan filterisasi terhadap dampak globalisasi. Globalisasi membawa
arus nilai budaya eksternal yang mencoba masuk ke dalam khazanah nilai budaya
ke-Indonesiaan. Dengan kegiatan ini tentunya diharapkan bahwa melalui pagelaran
seni setidaknya para pelajar mampu memahami jika memang seni itu sebagai
identitas bangsa Indonesia harus dipertahankan, salah satunya dengan cara
meningkatkan minat pemuda terhadap seni dan budaya. Selain itu pula masyarakat
Indonesia adalah merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku,
ras, dan kebudayaan yang dimiliki. Untuk itu budaya dan seni yang merupakan
keanekaragaman budaya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebab di era
globalisasi ini perkembangan IPTEK tentu akan dapat mengancam pelestarian
nilai-nilai seni budaya kita dan hal ini kita tidak dapat pungkiri akan terjadi
jika kita tidak berusaha memepertahankan nilai-nilai seni kebudayaan kita.
”Untuk
itu saya menghimbau kepada para pelajar selaku generasi muda untuk wajib
mempertahankan seni budaya yang dilahirkan oleh nenek moyang kita. Karena hal
tersebut dapat merupakan identitas bangsa, sekaligus membentuk mentalitas serta
menjadi pembeda dari bangsa-bangsa lain,” pinta Kadis Kominfobudpar, H Ahmad
Suhaemi.
Sementara
Ketua Panitia Pelaksana pagelaran Ari Asfari menyebutkan bahwa kegiatan ini
diikuti oleh sebanyak 17 Sekolah SMA yang tersebar di sembilan kecamatan se
Kabupaten Sinjai.”Pelaksanaan pagelaran ini tidak terlepas dari dukungan
diskominfobudpar Sinjai, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta didukung
oleh Komunitas Pencinta Sepeda lama Sinjai (Pedals) dan Byonic Sinjai,”
katanya.
Ari juga menyampaikan
bahwa kegiatan ini merupakan agenda rutin tiap tahun yang dilaksanakan oleh
Forum OSIS SMA/sederajat Se-Kabupaten Sinjai dan Sanggar Seni Tana’ Masseddi
DIskominfobudpar Sinjai. “Lomba kreasi seni ini direncanakan berlangsung selama
tiga hari dimulai 11 hingga 13 Mei 2012 mendatang. Ada sekira tujuh jenis lomba
yang kana di tampilkan yakni, Lomba tari kreasi tradisional, vocal grup, nyanyi
solo, lomba teater, Osong, melukis dan pameran hasil karya seni,” jelasnya.
Seni
Sebagai Identitas dan Perekat Bangsa
Identitas
adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, lembaga atau bangsa
lainnya, dengan adanya ciri-ciri yang berbeda itu maka akan muncul kekhasan
serta keunikan tersendiri sehingga akan mampu memberikan kebanggaan bagi
pemiliknya. Salah satu peluang untuk menyatakan identitas-diri ini
adalah melalui kegiatan seni. Kegiatan
seni dianggap potensial oleh karena mampu mengekpresikan identitas-diri
kelompok secara alamiah. Melalui seni, simbol budaya, mitos, keyakinan, dan
harapan dari suatu kelompok dapat dinyatakan secara efektif dan otentik. Seni
sebagai pemberi identitas maksudnya adalah melalui kekayaan seni budaya
Indonesia kita mampu menunjukkan jati diri bangsa Indonesia di tengah budaya
global.
Indonesia
memiliki berbagai suku dengan sejarah dan latar belakang budaya yang sangat
beragam. Hal tersebut tercermin pula dari keragaman bentuk dan sifat kesenian
yang muncul serta dapat kita warisi hingga saat ini. Sebagai ekspresi dari
masyarakat pendukungnya, kesenian mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa
yang tidak ternilai harganya. Kekayaan seni budaya Nusantara telah mampu
memberikan kita sebuah kebanggaan sebagai suatu bangsa yang berbudaya tinggi.
Namun
beberapa dekade terakhir ini berbagai krisis yang menimpa bangsa Indonesia
sungguh sangat memprihatinkan kita. Berita-berita tentang semakin merosotnya
nilai kebangsaan, persatuan dan kebersamaan hampir setiap hari disuguhkan oleh
media cetak maupun elektronik. Masalah itu masih ditambah lagi dengan semakin
merosotnya nilai etika dan moral, arogansi, pengalahgunaan obat-obat terlarang,
tawuran, terorisme, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kenyataan ini membuat
kita bertanya-tanya sudah sedemikian rapuhkah rasa persatuan dan kesatuan serta
mentalitas anak bangsa kita? Sekiranya memang benar demikian adanya.
Bagaimanakah caranya merekat?
Dalam
situasi seperti ini, seni dapat dipergunakan sebagai salah satu perekat. Untuk
itu potensi seni budaya kita perlu dioptimalkan, terus dipertahankan dan
dikembangkan secara kreatif, sehingga dapat menumbuhkan rasa solidaritas baik
sesama bangsa Indonesia maupun dengan bangsa lainnya didunia. Melalui Sekaa,
Sanggar, Banjar, Sekolah, dan aktivitas seni budaya seperti Pesta Kesenian,
Pesta Seni Remaja, Festival Seni, Gelar Seni, dapat dipergunakan untuk
menanamkan nilai budaya bangsa. Dengan penanaman nilai tersebut lewat seni,
maka akan dapat memberikan landasan serta dapat dipergunakan untuk beraktivitas
secara positif.
Sebagai
salah satu contoh (dalam paper Rai, 2005) dikemukakan sebuah even daerah yang kini sudah
menjadi even Nasional dan Internasional yaitu Pesta Kesenian Bali (PKB). Pesta
Kesenian yang merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Bali mulai
dilaksanakan pada tahun 1978 atas gagasan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra (alm),
Gubernur Bali pada waktu itu. Ada lima jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam
PKB yaitu: pawai pembukaan, pagelaran, pameran, lomba, dan sarasehan, PKB
dilaksanakan sekitar satu bulan penuh mulai pertengahan Juni hingga pertengahan
Juli. Tahun ini pelaksanaan Pesta Kesenian Bali sudah memasuki
tahun yang ke-31. Salah satu aspek yang perlu dikemukakan di sini adalah
bagaimana antusiasme masyarakat Bali khususnya (tua, muda, anak-anak) dalam
mempersiapkan diri guna bisa berpartisipasi dalam PKB yang dipusatkan di Taman
Budaya Denpasar (dan disebar ke beberapa daerah Kabupaten/Kota). Persiapan
berupa latihan-latihan kesenian baik kesenian tradisi maupun modern dilakukan
berbulan-bulan lamanya. Setelah waktunya tiba, maka kegiatannya akan dimulai
dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan terakhir yang terpilih
sebagai unggulan kabupaten/kota akan tampil di Denpasar. Apabila diamati yang
terpenting di sini bukanlah semata-mata produk akhirnya, melainkan proses yang
telah dilalui mulai dari perencanaan, latihan, hingga terwujudnya suatu bentuk
kesenian yang diinginkan. Dalam proses seperti ini telah terjadi, tidak saja
kemampuan berupa keterampilan teknis, melainkan juga adanya penanaman
nilai-nilai budaya, pencarian identitas, sekaligus merekatkan seniman, masyarakat,
pemerintah, dan unsur-unsur terkait lainnya, di mana hasilnya akan dapat
dijadikan sebuah kebanggaan. Sesuai dengan kenyataan yang ada, telah terbukti
pula bahwa melalui kegiatan kesenian seperti ini telah memberikan dampak yang
positif. Misalnya saja anak-anak muda di beberapa desa atau tempat di Bali yang
sebelumnya sering membuat ulah hingga cukup memusingkan keluarga maupun
masyarakat, akhirnya dengan bangga mampu menampilkan kebolehannya di atas
pentas guna mempertaruhkan nama desa serta kabupatennya di arena PKB. Mereka
telah memiliki predikat baru yaitu dari anak jalanan ke anak panggung.
Yang patut dicatat pula bahwa
dari kenyataan yang ada, grup atau sekaa yang tampil di PKB itu bukanlah
seniman Bali saja, melainkan juga seniman dari beberapa daerah di Indonesia
maupun seniman mancanegara. Para seniman kita yang sudah pernah tampil di PKB
di antaranya berasal dan Sumatera Barat, Aceh, Lampung, Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Maluku, Sulawesi, Papua, Kalimantan, dan
seniman dan daerah lainnya di Indonesia. Para seniman mancanegara yang sudah
pernah tampil di PKB, seperti Grup dan Jepang, Ameriika Serikat, Eropa,
Australia, India, Korea, Singapura, dan lain-lainnya, selain telah dapat
memperkenalkan keunikan kesenian negaranya masing-masing, juga telah mampu
mempertunjukkan kebolehannya membawakan kesenian Indonesia baik yang
tradisional maupun modern. Grup kesenian, seperti Gamelan Sekar Jaya dari
Amerika Serikat, Sekar Jepun dan Yamashiro Gumi dari Jepang merupakan beberapa
contoh yang dimaksud. Lewat ajang seperti ini tentu akan terjadi interaksi yang
positif antara sesarma seniman Indonesia maupun antara seniman Indonesia dengan
rekan kita dan luar negeri.
Salah satu contoh lagi
yang perlu dikemukakan di sini adalah apa yang pernah dialami Bapak Prof. Dr
Wayan Rai S, MA (sekarang Rektor ISI Denpasar), ketika mengikuti Cherry Blossom
Festival di Washington DC, Amerika Serikat pada tahun 1996 pada waktu itu
Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia Washington DC, terpilih
sebagai salah satu peserta. Setelah melalui penilaian yang sangat ketat,
panitia menyatakan berhak mengikuti Festival Internasional yang sangat
bergengsi itu, maka persiapan pun dilakukan oleh pihak KBRI yang koordinator
serta pelatihnya pada waktu itu adalah Bapak I Gusti Agung Ngurah Supartha,
SST, dari KBRI Washington DC. Setelah perencanaan dibuat secara matang dan
disetujui oleh panitia festival, maka dikumpulkanlah semua masyarakat Indonesia
yang ada disekitar Washington DC baik itu siswa, mahasiswa, pegawai maupun yang
lainnya. Pada saat pertemuan pertama diadakan di salah satu ruang latihan di
komplek KBRI berbagai komentar saya dengar: tugasku opo? Wong aku tak pernah
nari kok. Yang lain menimpali: aduh & don’t worry & pakai aja pakaian
tari itu (sambil menunjuk ke pakaian tari yang tergantung disebelahnya) nggak
ada orang tahu kok. Ada juga yang berkata: aku sudah latihan tari Jawa sejak
kemarin, akhirnya pernah juga aku belajar tarian Indonesia di Amerika, &
malu diikalahkan sama bule. Singkat cerita, melalui kegiatan seperti ini kita
bisa saling kenal dan dapat bertukar pikiran serta pengalaman dengan sesama
orang Indonesia di Washington DC. Pada waktu hari H, terlihat rekan-rekan kita
dengan sangat bangga menunjukkan Bhinneka Tunggal Ika melalui busana dan
berbagai bentuk kesenian dari Sabang sampai Merauke. Para penonton pun tampak
kagum akan kekayaan seni budaya kita. Ketika salah seorang dan penonton
bertanya where are you from? tanpa dikomando rekan-rekan kita menjawab
INDONESIA.......
Langganan:
Postingan (Atom)